Pages

Rabu, 18 Mei 2016

5G Overview Technology



Pendahuluan

Teknologi telekomunikasi seluler berkembang sangat cepat. Hal ini didasarkan atas kebutuhan komunikasi serta informasi yang cepat dan mobile. Oleh karena itu pengembangan dari teknologi seluer mengarah kepada peningkatan kecepatan data serta kapasitas dan kemampuan mobilitas yang seamless. Sistem komunikasi seluler telah berkembang dari generasi pertama hingga generasi ke empat. Kemudian telah digagas mengenai generasi selanjutnya yang merupakan pengembangan generasi ke empat, yakni sistem komuniasi seluler generasi ke lima (5G).

Visi teknologi 5G

Teknologi 5G yang digagas belum ditentukan standar untuk komponen-komponen teknologi di bawahnya. Oleh karena itu banyak pelaku telekomunikasi termasuk pakar berlomba-lomba mengusulkan ide nya untuk distandarisasi pada teknologi generasi ke lima ini. Namun, secara umum visi teknologi 5G diantaranya adalah:
1.       Data rate tinggi (1 – 10 Gbps)
2.       Latensi kurang dari 1 ms
3.       Biaya dan energi yang effisien
4.       1000 kali kapasitas saat ini
5.       Cakupan luas dengan menggunakan jaringan yang heterogen
6.       Konektivitas yang stabil

Menurut Bocardi et al (2014) terdapat lima teknologi yang akan mempengaruhi perubahan arsitektural jaringan dan desain komponen, diantaranya adalah:

     1.       Device-Centric Architectures

Teknologi yang dipakai saat ini adalah base-station-centric architecture, yakni konsep data flow yang diarahkan menuju base station sebagai sentral bagi user. Konsep ini menurutnya harus diubah yakni konsep mengenai uplink dan downlink serta control dan data channel. Rute dan data flow harus lebih baik, oleh karena itu diusulkan konsep mengenai device-centric architectures dimana data flow dilewatkan melalui device.

     2.       Massive MIMO

Salah satu usulan teknologi yang digunakan dalam 5G adalah Massive MIMO. MIMO merupakan singkatan dari Multiple Input Multiple Output yang artinya bahwa pemancar dan penerima memiliki lebih dari satu (multiple) antena.
MIMO sendiri sudah dipakai dalam teknologi 4G, dimana dalam  tiap stasiun pemancar/penerima menggunakan antena lebih dari satu.  Misal  konfigurasi  MIMO  2x2  berarti  di  sisi  pemancar  dan  penerima  masing-masing  memiliki  2 antena. Pada LTE-A, konfigurasi MIMO paling banyak yakni 8 antena

 3.       Milimeter Wave

Gelombang Milimeter adalah gelombang yang memiliki panjang gelomband antara 1 hingga 10 milimeter. Gelombang ini berada pada frekuensi 30 hingga 300 GHz. Karena frekuensi yang tinggi membuat gelombang ini mampu mentransmisikan data dalam jumlah besar pada jaringan komputer, jaringan seluler dan radar.  Pada frekuensi 100GHz menyebabkan kecepatan data yang setara dengan penggunaan kabel fiber optik.

 4.       Advanced Radio Access Networks (RANs): Heterogeneous Networks (HetNets)

Pada komponen teknologi ini RAN atau Radio Access Networks telah dikembangkan menjadi jenis jaringan yang heterogen. Jaringan heterogen (HetNets) merupakan jeni jaringan radio yang memungkinkan mengadopsi teknologi sebelumnya agar masih tetap digunakan. Dengan kata lain pada jaringan 5G jaringan radio generasi sebelumnya masih tetap digunakan baik teknologi 2G, 3G maupun 4G. Dengan mengintegrasikan sejumlah teknologi yang beragam tergantung pada topologi area cakupan, operator dapat berpotensi memberikan pengalaman pelanggan yang lebih konsisten dibandingkan dengan apa yang dapat dicapai dengan jaringan homogen.


Infrastruktur yang tersedia di jaringan Hetnets diantaranya adalah:
1.       Small cells
Jaringan makro dapat ditingkatkan kapasitasnya hingga 315 persen serta ofload data lebih dari 50 % dengan menempatkan empat small cell di dalamnya ( Hossain, Rasti, Tabassum, & Abdelnasser, 2014)

2.       Cloud RAN
C-RAN merupakan evolusi dari distributed base station system yang dimiliki teknologi 3G.  C-RAN memanfaatkan platform teknologi virtualisasi yang mengarah pada cloud computing untuk mencapai alokasi shared resource yang dinamis serta support multi vendor dan multi teknologi.

3.       D2D (Device to Device ) Communication
Device to Device Communication merupakan konsep komunikasi yang memungkinkan transmisi data dilewatkan antar perangkat yang berdekatan. Secara prinsip komunikasi langsung menggunakan D2D akan meningkatkan utilisasi spektrum, througput secara keseluruhan serta lebih efisien dalam energi yang dikeluarkan.

     5.       Software Define Network

      Konsep pendekatan jaringan komputer dimana sistem pengkontrol dari arus data dipisahkan dari perankat kerasnya. Umumnya, sistem pembuat keputusan kemana arus data dikirimkan dibuat menyatu dengan perangkat kerasnya. Sebuah konfigurasi SDN dapat menciptakan jaringan dimana perankat keras pengontrol lalu lintas data secara fisik dipisahkan dari perangkat keras data forwarding plane. Konsep ini dikembangkan di UC Berkeley and Stanford University sekitar tahun 2008. Penemu dan penyedia sistem ini mengklaim dapat menyederhanakan jaringan komputer
SDN memerlukan beberapa metode agar control plane untuk berkomunikasi dengan pesawat data. 
      
      Salah satu mekanisme tersebut adalah OpenFlow yang sering disalahpahami setara dengan SDN. The Open Networking Yayasan didirikan untuk mempromosikan SDN dan OpenFlow dan mempromosikan istilah cloud computing sehingga menjadi populer.
      SDN merupakan salah satu tahap evolusi "programmable and active networking". Salah satu pengaplikasian SDN adalah infrastructure as a service (IaaS). Jaringan virtual SDN dikombinasikan dengan virtual machine (VM) dan virtual storage dapat menirukan pengalokasian sumber daya pusat data yang dinamis. SDN memungkinkan network administrators untuk memprogram pusat kontrol jaringan melalui sebuah controller tampa akses fisik ke switches. 

     6.       Cognitive Radio Network (CRN)

Radio  kognitif  pertama  kali  dikemukakan  pada  tahun  1999  oleh  Mitola.  Radio  kognitif  dapat meningkatkan utilisasi spektrum dengan cara mencari secara  terus menerus frekuensi  (spectrum  sensing)  yang  kosong (tidak terpakai) secara real time. Dalam radio kognitif, hal yang diperhatikan adalah: spectrum sensing; m anajemen spektrum dan  handoff;  serta alokasi  spektrum dan sharing spektrum  (B. Wang & Liu, 2011).

     7.       VLC (Visible Light Communication)

Frekuesi yang digunakan teknologi VLC adalah 430 THz sampai dengan 790 THz yang pada dasarnya merupakan cahaya tampak oleh  mata manusia. Penggunaan frekuensi  yang tinggi akan  memberikan  data rate  yang tinggi tetapi seperti sifat cahaya, VLC tidak dapat menembus sebagian besar benda dan dinding tembok.  Teknologi  VLC  dapat  menggunakan  atau  reuse  infrastruktur  penerangan  jalan  sehingga penggunaan  infrastruktur akan lebih  efisien. Standar IEEE yang pertama  dalam perkembangan teknologi VLC dikeluarkan pada tahun 2011 yaitu standar 802. 15.7 yang didalamnya mengatur standar spesifikasi desain  link layer  dan  physical layer. Pencapaian teknologi VLC sampai dengan saat ini adala h 1 Gbps  link capacity  dan  masih  perlu  dikaji  lebih  lanjut  untuk  dapat  menghasilkan  potensi  maksimal  dari  teknologi VLC.

Referensi :
Admaja, A. F. S. 2015. Kajian awal 5G Indonesia. Buletin Pos dan Telekomunikasi Vol. 13  No.2 (2015) 97-114
Boccardi, F., Heath, R., Lozano, A., Marzetta, T., & Popovski, P. (2014). Five disruptive technology directions for 5G. IEEE Communications Magazine, 52(2), 74–80. http://doi.org/10.1109/MCOM.2014.6736746
Wang, B., & Liu, K. J. R. (2011). Advances in Cognitive Radio Networks: A Survey. IEEE Journal of Selected Topics in Signal Processing , 5(1), 5–23. http://doi.org/10.1109/JSTSP.2010.2093210

Hossain, E., Rasti, M., Tabassum, H., & Abdelnasser, A. (2014). Evolution toward 5G multi -tier cellular wireless networks: An interference management perspective. IEEE Wireless Communications, 21(3), 118–127. http://doi.org/10.1109/MWC.2014.6845056

Selasa, 17 Mei 2016

LTE-Advanced Overview


Pendahuluan

Wireless Communication System dapat dibagi menjadi dua yakni sistem komunikasi seluler dan pengembangan dari sistem fixed wireless yang merambah fitur mobilitas. Kedua sistem tersebut memiliki standard masing masing.

Gambar 1 Pembagian Wireless System (Parikh, 2011)

Sistem seluler dalam perkembanganya memiliki kecepatan dan kapasitas data yang semakin meningkat. Perkembangan sistem seluler dapat dilihat dari generasi yang dihasilkan. Third Generation Partnership Project (3GPP) sendiri telah menentukan standart Long Term Evolution (LTE) sebagai generasi ke empat sistem komunikasi seluler dengan basis GSM.
 
Pertumbuhan data komunikasi melalui mobile phone mendorong sistem seluler meningkatkan bit rates serta kapasitas datanya.  LTE  diharapkan mampu memenuhi kebutuhan yang dituntut. LTE didesain untuk meningkatkan data rate, latensi rendah, serta meningkatkan kapasitas dan jangkauan akses. LTE juga diharapkan dapat memanfaatkan multiple antenna serta mampu berintegrasi dengan sistem sebelumnya seperti WCDMA, HSUPA dan lain sebagainya.
Dalam teknologi LTE dan LTE Advanced diatur parameter - parameter persyaratan minimum diantaranya adalah

Gambar 2 Persaratan LTE dan LTE Advanced

LTE Advanced diharapkan untuk dapat meningkatkan performa jaringan LTE. Pada teknologi LTE Advanced digunakan berbagai macam komponen teknologi diantaranya carrier aggregation, coordinated multiple transmission and reception, relaying, uplink dan downlink multiplexing menggunakan 4 dan 8 antena.

Wideband Transmission dan Spectrum Utilization

LTE Advanced harus memenuhi target kecepatan hingga 1Gbps untuk downlink dan 500Mbps. Untuk memperoleh kecepatan seperti itu diperlukan peningkatan bandwidth transmisi up to 100MHz. Carrier Aggregation adalah cara untuk mencapai peningkatan bandwidth tersebut. Lima 20Mhz carrier componen dapat membentuk 100MHz carrier.

Gambar 3 Penggabungan Carrier

Multiple Antenna

Multiple antenna merupakan salah satu cara yang paling penting untuk meningkatkan kecepatan data rate yang diterima UE. LTE advanved menetapkan up to 8 layer pada downlink yang menggunakan 8 x 8 multiplexing pada downlink. Hal ini akan membutuhkan 8 antena penerima pada UE. Sama halnya yang terjadi pada UE, sistem ini membutuhkan minimumnya 4 antena untuk menggunakan 4 x 4 transmisi uplink. Sebagai akibatnya, UE DMRS patern yang ada pada sistem LTE harus diganti agar dapat support pada 8-antenna di sistem LTE advanced.


Coordinated Multipoint Transmission and Reception

Spectrum Efficiency untuk LTE-advanced ditargetkan bernilai 30bps/Hz untuk downlink dan 15bps/Hz untuk uplink. Untuk mencapai hal tersebut maka 3GPP menyepakati menggunakan teknologi advanced MIMO dan coordinated multipoint transmission and Reception (CoMP). Spektrum efisiensi dapat dikembangkan dengan multiple antena dengan metode spatial interference coordination. Konsep ini menghasilkan teknologi multi antena yang baru yakni skema transmisi uplink dan downlink dan CoMP.

CoMP (Coordinated Multipoint Transmission and Reception) melibatkan sinyal transmisi dari UE yang berada di lebih dari satu sell site. A.Gosh telah menunjukkan bagaimana CoMP dapat bekerja pada kondisi yang demikian, yakni dimana UE berada pada cell site yang saling berdekatan satu sama lain. 3GPP kemudian pada laporannya 3GPP Technical  Report  on  further  advancements  of  EUTRA physical layer aspects menjelaskan bahwa base station coordinated scheduling (CSB) dan Joint processing transmission (JPT) adalah cara untuk mengkoordinasikan untuk transmisi multipoint.
Sehingga sinyal transmisi dari banyak cell site yang terkoordinasi dapat secara signifikan meningkatkan performa downlink dalam sistem transmisi.
Gambar 4 Coordinated Multipoint Transmission

Transmisi Downlink CoMP

Transmisi Downlink menggunakan CoMP bila dikombinasikan dengan teknik multiplexing MIMO akan meningkatkan kapasitas dan troughput user yang ada di pinggir cell. JT (Joint Transmission) dan DCS (Dynamic Cell Selection) adalah dua teknik yang berbeda dalam menangani skema transmisi gabungan.

Pada JT, Physical Downlink Shared Channel (PDSCH) ditransmisikan dari multiple cell dengan codebook base precoding menggunakan DM-RS pada coordinated cell. Troughput pada user yang terletak di pinggir cell kemudian dapat meningkat diakibatkan karena menggunakan power transmisi dari multiple cell melalui transmisi yang bergantian.

Gambar 5 CoMP transmission : a. JT; b. DCS; c. coordinated beamforming

Pada Dynamic Cell Selection, cell yang mengirimkan PDSCH adalah cell yang secara dinamis telah ditentukan oleh central base station secara cepat (fast scheduling). Hal ini secara signifikan mengurangi interferensi dari cell neighbour yang lainnya serta mampu mencapai sinyal received secara maximum.
Sedangkan pada coordinated beamforming, PDSCH dikirimkan dari hanya satu cell. Sedangakan, Scheduling/Beam forming dikirim melalui multiple coordinated cell. Oleh karena itu SINR menghasilkan peningkatan througput pada user yang ada di pinggir cell.

Uplink CoMP

 Pada CoMP uplink digunakan dua metode untuk mengirimkan sinyal Physical Uplink Shared Channel (PUSCH) ke multiple cell.

Gambar 6 CoMP uplink a. Multipoint reception dengan IRC; b. Multipoint reception dengan CS

Gambar 6a merupakan metode pertama yakni multipoint reception dengan interference rejection combining (IRC). Pada metode ini multiple UE mengirimkan PUSCH menggunakan resource block (RB) yang sama. Kemudian PUSCH yang diterima di cell dikombinasikan menggunakan mean squared error (MMSE) atau algoritma Zero Forcing (ZF).
Gambar 6b merupakan multipoint reception dengan coordinated scheduling. Dalam metode ini hanya satu UE yang mengirim PUSCH menggunakan satu RB yang telah dikoordinasikan penjadwalannya oleh multiple cell. Sehingga meningkatkan sinyal power yang diterima oleh UE yang berada pada pinggir cell.

Relaying

Relay dibutuhkan untuk mengurangi jarak antara transmitter dan receiver. Selain itu, Relay dapat membantu dalam mencapai data rate yang tinggi. Jangkauan dan kapasitas pada pinggir cell selalu kecil dikarenakan rendahnya Signal to Interference plus Noise Ratio (SINR). Oleh karena itu menempatkan relay di dekat pinggir cell akan membantu meningkatkan kapasitas dan dapat memperluas jangkauan dari cell. Selain itu keuntungan lain menggunakan relay diantaranya adalah:
1.       Mampu meningkatkan data rate dan jangkauan pada shadowing environments seperti di indoor atau hotspot
2.       Mengurangi biaya penambahan cell baru
3.       Memperpanjang battery dari UE karena mengurangi sinyal power yang dikirimkan dari UE ke cell atau sebaliknya.
4.       Meningkatkan kapasitas cell dan throughput user secara efektif
Berikut ini adalah arsitektur mendasar dari relay
Gambar 7 arsitektur dasar Relay
RN (Relay Node) dalam perannya mampu menghubungkan atau meneruskan informasi user kepada enodeB. eNodeB terhubung dengan RN menggunakan interface Un, sedangkan RN terhubung dengan UE menggunakan interface Uu. Protokol Uu control plane dan user plane berjumlah terbatas. Sehingga digunakan time division multiplexing yakni hanya satu yang aktif pada suatu waktu untuk Uu dan Un.

Tipe Relay

3GPP telah menentukan standard mengenai dua tipe dari Relay Station (RS). Tipe pertama adalah non transparent yakni RS berperan sebagai penghubung UE yang berada jauh dari eNodeB. RS mengirimkan reference sinyal dan control infromation yang sama ke eNodeB. Sehingga tujuannya adalah membantu menghubungkan service komunikasi dan data transmisi untuk user yang berada jauh dari eNodeB.
Sedangkan untuk tipe dua adalah tipe transparent. RS dalam tipe ini membantu meningkatkan quality service dan kapasitas link dari local UE, yakni UE yang memiliki komunikasi langsung ke eNodeB.
Gambar 8 Tipe dari Relay Station (RS)

Referensi:

Parikh, Jolly & Basu, Anuradha. 2011. LTE Advanced: The 4G Mobile Broadband Technology. International Journal of Computer Applications (0975  – 8887) Volume 13– No.5

T. Saito,  Y. Tanaka,  T.Kato,  2009,  “Trends  in LTE/WiMAX  Systems”,  FUJIYSU  Scie.  Tech.  J.,  vol.  45, no. 4, pp. 355-362, Oct. 2009.

V. Stencel, A. Muller,,P. Frank,  2010,   “LTE AdvancedA Further Evolutionary Step for Next Generation Mobile Networks”  20th International  Conference  Radioelektronika  on  19-21  April  2010   ,  IEEE  Xplore digital library, pp. 1-5.

3GPP TR 36.814 V1.2.1,  2009,    “Further Advancements for  E-UTRA:  Physical  Layer  Aspects,”  Tech.  Spec.n Group Radio Access Network Rel. 9, June 2009.


M. K. karakayali, G.J. Fosschini, R.A. Valenzuela, 2006,“Network  Coordination  for  Spectrally  Efficient Communications  in  Cellular  Systems,”  IEEE  Wireless Commun., vol.13, no. 4, Aug. 2006.

Selasa, 10 Mei 2016

Kesiapan Penerapan 4G di Indonesia

Pendahuluan
Internet saat ini menjadi salah satu kebutuhan masyarakat untuk mendukung setiap aktivirasnya sehari-hari. Di era yang serba digital ini hampir semua lini kehidupan membutuhkan koneksi internet. Mulai digunakan untuk mengakses informasi, komunikasi maupun untuk pengembangan usaha dan bisnis. Didukung dengan sifat kebanyakan orang Indonesia yang cenderung konsumtif, membuat pertumbuhan kebbutuhan akan permintaan akses internet yang lebih cepat.
Tidak dipungkiri bahwa memang teknologi seluler di dunia berkembang sangat cepat. Penemu menemukan pengembangan bagaimana cara mengirimkan data melalui media udara untuk mendukung dan mengarah pada peningkatak kecepatan akses dan kapasitas data. Dengan adanya kemajuan teknologi telekomunikasi khususnya seluler di dunia, secara tidak langsung menambah demand masyarakat Indonesia untuk dapat merasakan teknologi tersebut.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Serta penetrasi pasar seluler yang masih potensial (existing 50%). Kemudian demand dari masyarakat untuk menggunakan kecepatan yang lebih tinggi. Maka penggunaan 4G di Indonesia tidak bisa dibendung lagi.
Kesiapan Penerapan 4G
Sebelum penggelaran jaringan 4G serta launching secara resmi. Tentunya Indonesia perlu menyiapkan beberapa hal untuk mendukung jaringan 4G di Indonesia. Persiapan-persiapan tersebut dapat dianalisis dari aspek stakeholder atau pihak pihak yang berperan dalam penerapan Jaringan 4G di Indonesia. Stakeholder yang berperan dalam penerapan jaringan 4G di Indonesia daiantaranya adalah pemerintah, industri telekomunikasi dan IT serta masyarakat pengguna.
A.      Pemerintah
Pemerintah Indonesia bertugas sebagai pihak yang bertanggung jawab memberi regulasi terhadap industri yang ada di Indonesia, termasuk industri telekomunikasi. Regulasi yang diatur diantaranya adalah pengaturan alokasi frekuensi. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk menumbuhkan industri lokal kaitannya dengan manufaktur telekomunikasi serta industri konten yang secara tidak langsung mempengaruhi penerapan 4G di Indonesia.
Pasalnya Indonesia dinilai masih lemah persentasi keterlibatan device dalam negeri, dibuktikan dengan rata-rata vendor asing yang memasok device 4G baik dari infrastruktur hingga handset. Industri IT khususnya di bidang konten juga haris dikembangkan, karena industri ini merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan penggunaan internet di Indonesia.

B.      Industri Telekomunikasi dan IT
Dari aspek teknis, industri telekimunikasi telah mulai menyiapkan infrastruktur penggelaran 4G di Indonesia. Seperti yang telah dilakukan Telkomsel pada KTT APEC di Bali. Namun, memang persiapan penggelaran jaringan 4G hanya dilakukan di kota-kota besar saja.
Seiring dengan hal tersebut tentunya industri IT utamanya pada sektor konten harus dikembangkan lagi. Perkembangan yang ada pada industri ini dirasa belum cukup, perkembangan yang ada baru pada aplikasi-aplikasi yang menggunakan koneksi internet untuk membantu kegiatan sehari hari seperti aplikasi Gojek, uber dan lain lain.


C.      Masyarakat Pengguna
Dari sisi user atau pengguna sudah ada sebagian masyarakat yang sudah aware terhadap teknologi 4G ini. Namun secara umum, handset 4G yang dimiliki oleh masyarakat masih tergolong sedikit jumlahnya hanya sekitar 200 ribu pelanggan yang memiliki handset/smartphone 4G.

Permasalahan dan Tantangan
Kondisi yag telah ada adalah Industri telekomunikasi telah memulai pembangunan jaringan 4G hingga saat ini adalah Telkomsel, Indosat serta XL. Namun, dalam implementasi saat ini jaringan 4G masih bekerja pada spektrum frekuensi 900Mhz. Spektrum frekuensi tersebut lebih rendah dibandigkan dengan frekuensi yang digunakan jaringan 3G. Imbasnya, saa jaringan 4G menggunakan frekuensi yang lebih rendah dibanding 3G adalah kecepatan data yang juga di bawah 3G. Hal tersebut dikarenakan alokasi frekuensi yang belum tertata oleh karenanya diperlukan pengaturan alokasi spektrum frekuensi.
Masalah ini kemudian berdampak pada keraguan pihak industri untuk menggelar jaringan 4G apalagi seperti yang terjadi pada teknologi 3G dimana banyak provider yang belum memperoleh BEP dari penggelaran infrastruktur jaringan 3G.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memastikan teknologi 4G dapat diimplementasikan dengan baik di Indonesia. Untuk itu perlu dipastikan bahwa standar teknologi 4G di dunia bisa diterapkan di penerapan jaringan 4G di Indonesia. Seperti misalnya alokasi frekuensi harus disesuaikan dengan standar yang digunakan dunia, sehingga frekuensi 1800MHz harus diterapkan agar teknologi 4G dapat dioptimalkan.

Selanjutnya adalah bagaimana menciptakan iklim yang baik bagi dunia bisnis dan usaha yang dapat mendukung pemanfaatan jaringan 4G yang telah dipasang, sehingga BEP dari infrastruktur jaringan 4G dapat dicapai oleh setiap provider yang membangun jaringan. Solusinya diantaranya adalah dengan mengembangkan industri konten sehingga masyarakat dapat memanfaatkan jaringan 4G untuk kebutuhannya.

Minggu, 24 April 2016

Indonesia’s 3G to 4G Migration Review


Preface
Nowadays, internet has become everyone’s need. People now demand mobility connection as they also have high mobility. The only provider that support high mobility and availibility is mobile seluler provider. In the end of the day, mobile broadband communication will continously grow to increase the speed as people demand.
Indonesia’s now running 3G as it latest technology. And now Indonesia is preparing for 4G implementation. But, this country faces several obstacle as explained below.

Frequency Used Scenarios
Frequency is a base need for wireless communication. Frequency defines a way where data transmission goes. It is not only used for mobile communication system but also used by television, radar, and other wireless communication. Hence, frequency should be ordered in order to accommodate all wireless communication need.
As reported on tekno.kompas.com, Resources and Post Directorate General of Information and Communication Ministry of Technology, Muhammad Budi Setiawan at that time, explained that there will be four scenarios regarding to frequency allocation used for LTE
·         700 MHz
Unfortunately, this range is currently used for UHF analog television system. The only one possibility to use this frequency is by waiting analog to digital television migration. Currently, analog television system in Indonesia has placed this range of frequency, and there is plan from government to create digital television system in Indonesia which requires less range of frequency. Hence, migrating analog to digital will make frequency of 700MHz available to use. This migration is predicted to be completely done in the year of 2018.



·         1800 MHz
This frequency is used by GSM operator for 2G technology. LTE can use this frequency but GSM operators have to split their operations into two, for 2G and LTE. It will directly affect to GSM services, since their range will be shortened the services will also be worse than before. It will be big consideration since 2G/GSM users in Indonesia still in huge numbers.

·         2100 MHz
This is 3G frequency. LTE can be placed on that range of frequency, since there is still some space available on that range. But the problem is that space is not enough containing optimum LTE blocks needed. Every operator has 10MHz blocks to support 3G services, infact operator need 20MHz block for LTE.

·         2300 MHz
This frequency is available for Wimax technology. Infact, 4G technology that uses Wimax has been assigned on that frequency. But unfortunately Wimax is not well known yet not broadly used among Indonesian. Less people knows and use Wimax services. However, the rule has been decided that this frequency is already for Wimax and there is provider that has already have licensed under this frequency. Also, 4G technology that uses Wimax is not largely installed by operator since wimax and 4G have different base technology. Hence, it makes operators found difficulties to make it true.

As a sollution, Budi added, is to wait analog to digital TV migration so that 4G will use the frequency, but it will take many years to wait. As an alternative, frequency 1800 and 2300 MHz are potential to use after reallocation and reordering those frequencies done by government and operators cooperatively.

4G Without Application is Meaningless
President Director of Telkomsel, Alex J. Sinaga said that it is important to build an environment to support 4G technology. 4G itself is developed to adapt people demand of high speed and high capacity amount of data. So, that 4G will be meaningfull if it can be optimized if there is high amount of internet usage demand among people. One of the way to optimize it is building many applications to boost internet usage.
Building application for mobile is not only about social media or personal chatting kind of app. It can also many applications include tools to help industrial issues. Machine to machine (M2M) application for example, it can be used as tools to gelp human in controlling and monitoring machine whereever whenever they are. In the era of internet of things (IoT), where all things are based on IP and all things connected to internet, 4G will be very optimized and usefull since there area a lot of traffic and internet usage at even in small scale of things.

As conclusion, Indonesia is not ready yet for migrating 3G to 4G. In terms of frequency, Indonesia has to rule frequency used for 2G communication, analog television, 3G communication, and other wireless communication. Furthermore, Indonesia has a lot of telecommunication operators which means there will be a lot of frequency allocation per operators. Thus, Government has to be able to rule frequency allocation wisely so that every wireless communication system has their own place and can be used well.
In terms of application, Indonesia has to encourage its people to create application or content-based industry to boost internet usage. Hence, traffic and internet usage can be increased and finally 4G technology can be optimized well.

References:

Eskandaru Erin Sadewa
TE 4A | 4.31.12.0.10


Senin, 01 Desember 2014

Installing Netsupport School

Abstract

Net support is one of network application. It allows the administrator to control other connected clients which also installed net support. There are many types that can be installed:
Student
Installs the Student software. This feature (the Client) should be installed on workstations/devices that will be remote controlled.

Tutor
Installs the Tutor software. This feature (the Control) should be installed on workstations/devices which will be used to remote control other PCs.

IT Technician
Installs the Tech Console.  This feature should be installed on workstations that will be managing and maintaining computers.

Custom
Allows you to pick and choose which features to install on the workstation.


Pre-Requisites

Windows XP (SP3),  2003 (SP2), Vista, 2008, Windows 7,  Windows 8 and 8.1.
50Mbytes free disk space for Student-only installation.
140Mbytes free disk space for a Tutor-only installation.
100Mbytes free disk space for an IT Technician-only installation.
160Mbytes free disk space for full installation.
TCP/IP.

Procedures:


Minggu, 30 November 2014

Wireless Network Watcher



Abstract

Wireless Network Watcher is simple software utility that scan clients of a wireless network and shows in a list. Information contained in list are ip address, MAC Address, the company that manufactured the network card, and optionally the computer name. We can also export the connected devices list into html/xml/csv/text file, or copy the list to the clipboard and then paste into Excel or other spreadsheet application.


Rabu, 26 November 2014

Instalasi Web Server di Debian


Abstract

 Debian is one of network operation system of which a lot of utilities and facilities to be installed, one of its utility is Web Server. Web Server is a computer system that processes requests via HTTP, the basic network protocol used to distribute information on the World Wide Web. The term can refer either to the entire system, or specifically to the software that accepts and supervises the HTTP requests. by this utility, administrator can store his source file of a website. client can access the information via website by clicking the ip address of the web server, or domain of the server when the server has been registered in a domain


Procedures:


  1. Ketik “apt-get install php4 www-mysql mysql-common phpmyadmin” ,enter

  1. Masukkan CD yang diminta
  2. Saat memasukan CD terakhir yang diminta maka akan muncul tampilan seperti pada gambar, pilih apache lalu tekan enter.




  1. Akan muncul pertanyaan do you want me to add it now?, ketik y lalu tekan enter.

  1. Prose install phpmyadmin telah selesai.
  2. Selanjutnya kita akan mengkonfigurasi web server. Pertama kita masukkan perintah vi /etc/apache/httpd.conf lalu tekan enter.






  1. Pada baris ke-241 , 310  dan 1012 hilangkan tanda pagarnya.

  1. Pada baris 310 edit ServerName






  1. Setelah anda simpan dan keluar, maka install lynx dengan perintah apt-get install lynx tekan enter.

  1. Masukan CD sesuai permintaan lalu tekan enter.





  1. Saat proses install telah selesai kita dapat melakukan pengujian apakah web server telah berhasil dengan mengikuti perintah sebagai berikut :

  1. Buat file  info.php, ketik “nano /var/www/info.php” tekan enter. Lalu Ketik seperti ini.

  1. Kemudian save dengan menekan ctrl+o atau F3
  2. Tekan ctrl+x atau F2 untuk keluar


  1. Pada client masuklah pada browser. Pada address ketik stemba.sch.id/info.phpBila web server berhasil maka akan muncul tampilan sebagai berikut.

  1. Web server selesai