Pendahuluan
Wireless Communication System dapat dibagi menjadi dua yakni
sistem komunikasi seluler dan pengembangan dari sistem fixed wireless yang
merambah fitur mobilitas. Kedua sistem tersebut memiliki standard masing
masing.
Gambar 1 Pembagian
Wireless System (Parikh, 2011)
Sistem seluler dalam perkembanganya memiliki kecepatan dan
kapasitas data yang semakin meningkat. Perkembangan sistem seluler dapat
dilihat dari generasi yang dihasilkan. Third Generation Partnership Project
(3GPP) sendiri telah menentukan standart Long Term Evolution (LTE) sebagai
generasi ke empat sistem komunikasi seluler dengan basis GSM.
Pertumbuhan data komunikasi melalui mobile phone mendorong
sistem seluler meningkatkan bit rates serta kapasitas datanya. LTE
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan yang dituntut. LTE didesain untuk
meningkatkan data rate, latensi rendah, serta meningkatkan kapasitas dan
jangkauan akses. LTE juga diharapkan dapat memanfaatkan multiple antenna serta
mampu berintegrasi dengan sistem sebelumnya seperti WCDMA, HSUPA dan lain
sebagainya.
Dalam teknologi LTE dan LTE Advanced diatur parameter -
parameter persyaratan minimum diantaranya adalah
Gambar 2 Persaratan
LTE dan LTE Advanced
LTE Advanced diharapkan untuk dapat meningkatkan performa
jaringan LTE. Pada teknologi LTE Advanced digunakan berbagai macam komponen
teknologi diantaranya carrier aggregation, coordinated multiple transmission and
reception, relaying, uplink dan downlink multiplexing menggunakan 4 dan 8
antena.
Wideband Transmission dan Spectrum Utilization
LTE Advanced harus
memenuhi target kecepatan hingga 1Gbps untuk downlink dan 500Mbps. Untuk
memperoleh kecepatan seperti itu diperlukan peningkatan bandwidth transmisi up
to 100MHz. Carrier Aggregation adalah cara untuk mencapai peningkatan bandwidth
tersebut. Lima 20Mhz carrier componen dapat membentuk 100MHz carrier.
Gambar 3 Penggabungan Carrier
Multiple Antenna
Multiple antenna merupakan salah satu cara yang paling
penting untuk meningkatkan kecepatan data rate yang diterima UE. LTE advanved
menetapkan up to 8 layer pada downlink yang menggunakan 8 x 8 multiplexing pada
downlink. Hal ini akan membutuhkan 8 antena penerima pada UE. Sama halnya yang
terjadi pada UE, sistem ini membutuhkan minimumnya 4 antena untuk menggunakan 4
x 4 transmisi uplink. Sebagai akibatnya, UE DMRS patern yang ada pada sistem
LTE harus diganti agar dapat support pada 8-antenna di sistem LTE advanced.
Coordinated Multipoint Transmission and Reception
Spectrum Efficiency untuk LTE-advanced ditargetkan bernilai
30bps/Hz untuk downlink dan 15bps/Hz untuk uplink. Untuk mencapai hal tersebut
maka 3GPP menyepakati menggunakan teknologi advanced MIMO dan coordinated
multipoint transmission and Reception (CoMP). Spektrum efisiensi dapat dikembangkan
dengan multiple antena dengan metode spatial interference coordination. Konsep ini
menghasilkan teknologi multi antena yang baru yakni skema transmisi uplink dan
downlink dan CoMP.
CoMP (Coordinated Multipoint Transmission and Reception)
melibatkan sinyal transmisi dari UE yang berada di lebih dari satu sell site.
A.Gosh telah menunjukkan bagaimana CoMP dapat bekerja pada kondisi yang
demikian, yakni dimana UE berada pada cell site yang saling berdekatan satu
sama lain. 3GPP kemudian pada laporannya 3GPP Technical Report
on further advancements
of EUTRA physical layer aspects
menjelaskan bahwa base station coordinated scheduling (CSB) dan Joint
processing transmission (JPT) adalah cara untuk mengkoordinasikan untuk
transmisi multipoint.
Sehingga sinyal transmisi dari banyak cell site yang
terkoordinasi dapat secara signifikan meningkatkan performa downlink dalam
sistem transmisi.
Gambar 4 Coordinated Multipoint Transmission
Transmisi Downlink CoMP
Transmisi Downlink menggunakan CoMP bila dikombinasikan
dengan teknik multiplexing MIMO akan meningkatkan kapasitas dan troughput user
yang ada di pinggir cell. JT (Joint Transmission) dan DCS (Dynamic Cell Selection)
adalah dua teknik yang berbeda dalam menangani skema transmisi gabungan.
Pada JT, Physical Downlink Shared Channel (PDSCH)
ditransmisikan dari multiple cell dengan codebook base precoding menggunakan
DM-RS pada coordinated cell. Troughput pada user yang terletak di pinggir cell
kemudian dapat meningkat diakibatkan karena menggunakan power transmisi dari
multiple cell melalui transmisi yang bergantian.
Gambar 5 CoMP
transmission : a. JT; b. DCS; c. coordinated beamforming
Pada Dynamic Cell Selection, cell yang mengirimkan PDSCH adalah
cell yang secara dinamis telah ditentukan oleh central base station secara
cepat (fast scheduling). Hal ini secara signifikan mengurangi interferensi dari
cell neighbour yang lainnya serta mampu mencapai sinyal received secara
maximum.
Sedangkan pada coordinated beamforming, PDSCH dikirimkan
dari hanya satu cell. Sedangakan, Scheduling/Beam forming dikirim melalui
multiple coordinated cell. Oleh karena itu SINR menghasilkan peningkatan
througput pada user yang ada di pinggir cell.
Uplink CoMP
Pada CoMP uplink
digunakan dua metode untuk mengirimkan sinyal Physical Uplink Shared Channel (PUSCH)
ke multiple cell.
Gambar 6 CoMP uplink
a. Multipoint reception dengan IRC; b. Multipoint reception dengan CS
Gambar 6a merupakan metode pertama yakni multipoint
reception dengan interference rejection combining (IRC). Pada metode ini
multiple UE mengirimkan PUSCH menggunakan resource block (RB) yang sama.
Kemudian PUSCH yang diterima di cell dikombinasikan menggunakan mean squared error
(MMSE) atau algoritma Zero Forcing (ZF).
Gambar 6b merupakan multipoint reception dengan coordinated
scheduling. Dalam metode ini hanya satu UE yang mengirim PUSCH menggunakan satu
RB yang telah dikoordinasikan penjadwalannya oleh multiple cell. Sehingga
meningkatkan sinyal power yang diterima oleh UE yang berada pada pinggir cell.
Relaying
Relay dibutuhkan untuk mengurangi jarak antara transmitter
dan receiver. Selain itu, Relay dapat membantu dalam mencapai data rate yang
tinggi. Jangkauan dan kapasitas pada pinggir cell selalu kecil dikarenakan
rendahnya Signal to Interference plus Noise Ratio (SINR). Oleh karena itu
menempatkan relay di dekat pinggir cell akan membantu meningkatkan kapasitas
dan dapat memperluas jangkauan dari cell. Selain itu keuntungan lain
menggunakan relay diantaranya adalah:
1.
Mampu meningkatkan data rate dan jangkauan pada
shadowing environments seperti di indoor atau hotspot
2.
Mengurangi biaya penambahan cell baru
3.
Memperpanjang battery dari UE karena mengurangi
sinyal power yang dikirimkan dari UE ke cell atau sebaliknya.
4.
Meningkatkan kapasitas cell dan throughput user
secara efektif
Berikut ini adalah arsitektur mendasar dari relay
Gambar 7 arsitektur
dasar Relay
RN (Relay Node) dalam perannya mampu menghubungkan atau
meneruskan informasi user kepada enodeB. eNodeB terhubung dengan RN menggunakan
interface Un, sedangkan RN terhubung dengan UE menggunakan interface Uu. Protokol
Uu control plane dan user plane berjumlah terbatas. Sehingga digunakan time
division multiplexing yakni hanya satu yang aktif pada suatu waktu untuk Uu dan
Un.
Tipe Relay
3GPP telah menentukan standard mengenai dua tipe dari Relay
Station (RS). Tipe pertama adalah non transparent yakni RS berperan sebagai
penghubung UE yang berada jauh dari eNodeB. RS mengirimkan reference sinyal dan
control infromation yang sama ke eNodeB. Sehingga tujuannya adalah membantu
menghubungkan service komunikasi dan data transmisi untuk user yang berada jauh
dari eNodeB.
Sedangkan untuk tipe dua adalah tipe transparent. RS dalam
tipe ini membantu meningkatkan quality service dan kapasitas link dari local
UE, yakni UE yang memiliki komunikasi langsung ke eNodeB.
Gambar 8 Tipe dari
Relay Station (RS)
Referensi:
Parikh, Jolly & Basu, Anuradha. 2011. LTE Advanced: The
4G Mobile Broadband Technology. International Journal of Computer Applications
(0975 – 8887) Volume 13– No.5
T. Saito, Y. Tanaka, T.Kato,
2009, “Trends in LTE/WiMAX
Systems”, FUJIYSU Scie.
Tech. J., vol. 45,
no. 4, pp. 355-362, Oct. 2009.
V. Stencel, A. Muller,,P. Frank, 2010,
“LTE AdvancedA Further Evolutionary Step for Next Generation Mobile Networks” 20th International Conference Radioelektronika on
19-21 April 2010
, IEEE Xplore digital library, pp. 1-5.
3GPP TR 36.814 V1.2.1,
2009, “Further Advancements for E-UTRA:
Physical Layer Aspects,”
Tech. Spec.n Group Radio Access
Network Rel. 9, June 2009.
M. K. karakayali, G.J. Fosschini, R.A. Valenzuela, 2006,“Network Coordination
for Spectrally Efficient Communications in
Cellular Systems,” IEEE
Wireless Commun., vol.13, no. 4, Aug. 2006.
Share This Article
0 comments:
Posting Komentar